Ibadah Raya Surabaya, 22 Februari 2009 (Minggu Sore)

Matius 24: 29-31
= keadaan pada waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.

Kita masih membahas pada ayat. 30
= Yesus tampil dalam kemuliaan di awan-awan yang permai.

4 penampilan Yesus dalam kemuliaan:

  1. sebagai Raja segala raja.
  2. sebagai Imam Besar.
  3. sebagai Mempelai Pria Surga.
  4. sebagai Hakim yang adil.

SEBAGAI MEMPELAI PRIA SURGA
Wahyu 19: 7
Karena Yesus tampil sebagai Mempelai Pria, maka gereja Tuhan harus tampil sebagai mempelai wanita yang siap sedia. Hanya ini jalannya supaya kita tidak masuk dalam kebinasaan.

Lalu apa yang harus disiap sediakan? Dalam Matius 25, salah satunya adalah pelita tetap menyala.

Matius 25: 1, 7
5 gadis yang bodoh, pelitanya hampir padam dan tidak bisa menyongsong kedatangan Yesus. Tapi 5 gadis yang pandai, pelitanya tetap menyala dan bisa menyongsong kedatangan Yesus dan masuk dalam pesta nikah Anak Domba Allah.

3 pengertian pelita tetap menyala:

  1. Pelita tubuh harus tetap menyala.
    Matius 6: 22-23
    Pelita tubuh itu adalah mata(perhatian dan pandangan kita). Kalau mata tetap menyala, maka mata itu tidak buta.

    2 Petrus 1: 19
    Mata yang terang, itu memperhatikan dan melihat Firman nubuat.
    Firman nubuat adalah Firman yang akan memberitakan segala sesuatu yang akan terjadi dan pasti akan terjadi. Puncaknya adalah saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Itulah yang disebut dengan Kabar Mempelai.

    Mata kita hari-hari ini harus tetap menyala untuk bisa memperhatikan Firman pengajaran mempelai, itulah cahaya injil tentang kemuliaan Tuhan yang adalah wujud dari Allah.

    2 Korintus 4: 3-4
    Kita harus hati-hati, karena disini ada mata yang buta.
    Mata melihat atau memperhatikan Firman nubuat, artinya adalah mendengar Firman dengan sungguh-sungguh dengan suatu kebutuhan. Ini sama halnya seperti kita membutuhkan pelita di tempat yang gelap.
    Kalau mendengar dengan sungguh-sungguh, maka kita bisa mengerti dan percaya Firman, sampai dengan praktik Firman. Inilah pelita tubuh yang tetap menyala.

    Hasil kalau pelita tubuh tetap menyala adalah terjadi keubahan hidup. Dan kita bisa memancarkan keubahan hidup dari manusia daging menjadi manusia rohani.
    Jadi, kemuliaan sesungguhnya dalam ibadah adalah kalau sampai kita mengalami keubahan hidup.

    Efesus 4: 21-25
    ay.. 25= awal keubahan hidup, yaitu membuang dusta. Selama berdusta, hidup itu belum berubah dan pelitanya masih tetap padam. Kalau dusta sudah dibuang, maka kita bisa mengalami  keubahan berikutnya (yang gelap keluar dan yang mulia akan masuk).
    Kalau keubahan ini kita alami terus, waktu Tuhan datang, kita akan diubahkan jadi sama mulia dengan Tuhan dan siap menyambut kedatanganNya.

    Filipi 3: 20-21

  2. Pelita dalam nikah rumah tangga harus tetap menyala.
    Kalau nikah itu terang, maka nikah itu bisa masuk dalam pesta nikah Anak Domba Allah. Kalau nikah gelap, tidak akan bisa masuk dalam pesta nikah Anak Domba Allah.

    Markus 4: 21; Matius 5: 15
    Supaya pelita dalam rumah tangga tetap menyala, pelita itu harus diletakan di atas kaki dian(pada tempatnya)= struktur atau kedudukan nikah harus benar.

    1 Korintus 11: 2-3
    = struktur dalam nikah yang benar, yaitu suami kepala dari istri. Istri adalah penolong (tubuh). Anak adalah anggota tubuh.

    Suami sebagai kepala istri artinyasuami merupakan aliran jasmani dan rohani kepada istri dan anak-anak. Secara rohani, suami bertanggung jawab atas ibadah dan pelayanan. Kalau mau istri dan anak suci dan benar, maka dimulai dari suami dulu. Dan suami yang mengambil keputusan dalam rumah tangga berdasarkan Firman, sebab diatas suami adalah Tuhan Yesus.
    Kalau istri yang mengambil keputusan, maka akan seperti Hawa terhadap Adam.

    Istri sebagai tubuh, terutama dari tulang rusuk. Tulang rusuk ini berguna untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah. Jadi, istri melindungi dan menutupi kelemahan-kelemahan dari suami dan anak lewat doa penyembahan.

    Kalau struktur sudah benar, maka ada pelita yang menyala dan bisa menghadapi kegelapan gantang dan tempat tidur.
    'gantang'= ekonomi/keuangan ->menolong saat dalam krisis keuangan.
    'tempat tidur'= dosa sex.

    Ibrani 13: 4-6
    Untuk menghadapi kegelapan ini, yang dibutuhkan adalah kejujuran (penuh hormat), sebab pelita itu juga berarti kejujuran. Jujur ini mulai dari soal uang dan tempat tidur.
    Jujur soal uang, mulai dari uangnya Tuhan, bukan seperti Ananias dan Safira yang sepakat untuk berbuat yang tidak baik dan berdusta. Juga jujur untuk penggunaan uang sehari-hari.
    Jujur soal tempat tidur, artinya jangan sampai ada persundalan, perzinahan atau pemaksaan dalam bentuk apapun.

    Kalau sudah jujur dalam soal uang dan tempat tidur, bisa diharapkan untuk jujur dalam segala hal. Dan Tuhan akan tampil sebagai Kepala untuk menolong nikah kita dalam segala hal dan tepat pada waktunya.

    Kalau nikah itu gelap, maka ular yang jadi kepala. Nikah itu jadi gelap saat struktur dalam nikah dibalik-balik dan tidak jujur dalam soal uang dan tempat tidur.

    Anak-anak sebagai anggota tubuh, berguna untuk meringankan beban orang tua, bukan jadi beban orang tua lewat taat dengar-dengaran.

    Amsal 20: 20
    Kalau anak menjadi beban bagi orang tua, maka pelita padam justru waktu gelap. Artinya mengalami kegoncangan di bumi ini dan tidak bisa terangkat ke awan-awan.

  3. Pelita pelayanan harus tetap menyala.
    Ini seperti yang dibawa oleh 5 gadis yang pandai.

    Lukas 12: 35-36
    Pelita dalam pelayanan tetap menyalaartinya setia dan berkobar-kobar(pelita emas->ibadah raya). Tapi ini masih harus disertai dengan pinggang berikat. Yaitu ikat pinggang kebenaran (Efesus 6: 14). Artinya harus melayani sesuai dengan Firman(meja roti sajian->ibadah pendalaman alkitab). Dan pelayanan itu harus didorong oleh kasih(mezbah dupa->ibadah doa), sebab suasana dalam pelayanan itu seperti suasana pernikahan bukan suasana jual beli.

    Motornya pelayanan adalah kasih Tuhan. Kasih itu kekal. Artinya pelayanan kita juga akan kekal selama-lamanya.

Yang harus dijaga adalah banyak pelita yang hampir padam, seperti 5 gadis yang bodoh. Contoh lagi adalah anak bungsu. si bungsu ini menerima warisan. Artinya, saat-saat di berkati, justru merupakan saat dimana banyak orang tinggalkan pelayanan.

Kalau sudah ada dalam ladang bapa, jangan main-main, jangan ditinggalkan, karena satu waktu akan berakhir di ladang babi!

Akibatnya kalau pelita mulai padam adalah melarat, jauh dari ladang bapa dan jatuh di ladang babi (kenajisan). Untungnya si bungsu ini masih ingat akan makanan (makanan Firman) di rumah bapa(Lukas 15: 17). Kalau kita beribadah mengutamakan Firman, maka saat pelita mulai padam, Firman itu akan mengingatkan kita. Kalau tidak mengutamakan Firman, maka tidak ada pertolongan lagi. Dan si bungsu mengalami pertolongan Tuhan sehingga sumbu yang pudar tidak dipadamkan dan buluh yang terkulai tidak dipatahkan.

Contoh lainnya adalah Yohanes Pembaptis (Matius 11: 2-6). Disini Yohanes hampir padam pelitanya saat dalam sengsara. Padahal Yohanes ini adalah orang yang hebat (Yohanes 1: 29, 36) yang teguh mengenal Pribadi Yesus dengan jelas. Dan Yesuspun menyebut Yohanes sebagai buluh yang tegak (Matius 11: 7), tapi saat dalam penderitaan dalam pelayanan, dia ragu-ragu terhadap Pribadi Yesus dan mengarah pada putus asa dan kecewa. Ini mengarah pada buluh yang terkulai dan pelita yang hampir padam.

Mengapa Tuhan ijinkan kita menderita dalam pelayanan?

Kalau malam ini kita sudah mulai loyo, biarlah kita melayani kuasa Tuhan dan kalau jubah di celup dalam darah, iman kita makin diteguhkan.
Tuhan memberkati.