Tuhan membela ibadah pelayananku dan mengajarku untuk berserah kepadaNya ( Sdri. Margareth Clementine )

Salam sejahtera dalam nama TUHAN Yesus Kristus.

Sebenarnya saya malu untuk bersaksi. Tapi saya sudah berjani, kalau saya diperbolehkan izin untuk mengikuti ibadah pagi di Kartika Graha, saya akan bersaksi.

Saya ingin menyaksikan cinta kasih TUHAN dalam hidup saya secara pribadi.
Ada dua halyang saya ingin saksikan mengenai KKR di Kartika Graha kemarin:
  1. Oleh kemurahan TUHAN, saya mengikuti pelayanan vocal group sejak beberapa bulan yang lalu. Biasanya, ketika ada KKR di Kartika saat hari-hari sekolah, saya tidak mengikuti ibadah paginya. Waktu SD, karena saya pulang pagi, masih ada kesempatan untuk jalan kaki ke Kartika dan mendengarkan firman TUHAN. Tetapi mulai SMP, selalu pulang sore. Bisa mengikuti ibadah sore tanpa mengantuk saja, sudah bersyukur.

    Teman-teman vocal group mengatakan: Biasanya vocal group diberi kesempatan menyanyi saat ibadah pagi. Saat mendengar hal itu, saya biasa saja.
    Saya berpikir: "Ah, Pak Wi dan Bu Wi pasti sudah tahu kalau saya sekolah."
    Ditambah pernyataan teman-teman vocal group yang katanya juga sedang UTS. Tapi ternyata TUHAN berkehendak lain.

    Setelah menghadap bapak gembala dan ibu untuk menanyakan waktu bernyanyi, mama saya memberi tahu bahwa keputusannya, vocal group melayani saat ibadah pagi.
    Saya minta ampun, karena saat itu saya jengkel sekali kepada bapak gembala dan ibu. Saya berpikir: "Gimana sih Pak Wi dan Bu Wi, sudah tahu izinnya susah, kok malah dikasih pagi?"

    Melihat saya ngomel-ngomel, mama mengingatkan bahwa bapak gembala dan ibu ingin melihat saya berjuang untuk melayani TUHAN. Bukannya menerima, saya tambah ngomel-ngomel. Saya justru membangga-banggakan diri saya dan berkata: "Apa belum cukup kalau pulang sore, dari sekolah langsung berjuang ke gereja?" Saat itu, suara daging saya begitu kuat dan saya mulai melupakanbahwa apa yang saya korbankan untuk pelayanan pembangunan tubuh Kristus tidak akan pernah sebanding dengan korban Kristus di kayu salib.

    Izin di sekolah saya memang sangat susah. Hanya boleh izin apabila ada keluarga yang menikah atau meninggal. Ditambah lagi, untuk kelas XI, yang mengurus presensi adalah kepala sekolah sendiri. Tapi saya akhirnya menurutuntuk mencoba minta izin. Awalnya saya ogah-ogahan untuk minta izin, karena saya teringat saat mau minta izin ikut KKR di Surabaya beberapa bulan yang lalu, saya bilang acara ini pasti ada setehun sekali. Pikiran daging saya berkata: "Nanti mau jawab apa kalau ditanya: Lho, katanya setahun sekali, kok ini ada lagi?"

    Namun saya menjadi semangat minta izin, karena pembina OSIS saya memberitahu bahwa kepala sekolah sedang berada di luar negeri sampai tanggal 28 Oktober, yang berarti sampai acara di Kartika selesai. Artinya, saya bisa minta izin pada guru yang lain dan kemungkinan besar dizjinkan. Tapi setan tidak melepaskan semudah itu.
    Pada hari Rabu--hari kedua KKR itu--telah dijadwalkan ulangan untuk mata pelajaran pemintan. Saya menjadi bimbang lagi untuk minta izin. Tapi TUHAN masih sayang saya. TUHAN mengatur sedemikian rupa, sampai jadwal pelajaran diganti dan otomatis jadwal ulangan juga berubah, sehingga hari Rabu itu saya tidak ada ulangan.

    Menyadari mujizat itu, saya benar-benar bertekad untuk meminta izin apapun nanti keputusannya. Puji TUHAN, TUHAN menolong semuanya. Saya diizinkanhanya mengikuti pelajaran pertama dan kedua, lalu pergi ke Kartika.

  2. Saya dizjinkan mengalami flu ringan mulai hari pertama Kartika. Biasanya saat flu, suara saya tidak pernah sampai serak atau hilang. Tapi hari kedua ibadah Kartika, batuknya mulai parah sehingga suara saya berubah dan terdengar serak. Oleh kemurahan TUHAN, saya dipercaya untuk menyanyi bagian solodari koor kaum muda saat hari ketiga. Namun saya melakukan kesalahan.

    Saat itu bukannya berharap pada TUHAN, justru saya mengharapkan pita suara saya. Sampai saat puji-pujian hari ketiga, saya terkejut karena suara saya hilang di nada-nada tengah. Padahal lagu yang akan dinyanyikan berada di nada-nada tersebut. Saya menjadi takut dan kuatir. Saya lupa bahwa seharusnya melayani harus dengan urapan Roh Kudus, bukan dengan kehebatan jasmani. Akibatnya, suara saya benar-benar hilang saat menyanyi..sampai beberapa orang bertanya: micnya kenapa?

    Saya menyesal sekali karena kesalahan saya, saya tidak bisa melayani dengan baik. Setelah KKR selesai, jangankan bernyanyi, berbicarapun sudah tidak bisa. Saya masih bersyukur karena TUHAN masih tolong saya. Melalui kejadian ini, TUHAN menegur saya: melayani TUHAN bukan mengandalkan hal-hal yang jasmani, bukan mengharapkan apapun di dunia. Melayani TUHAN itu hanya karena kemurahan TUHAN saja. Melayani dalam urapan Roh Kudus, hanya mengharapkan TUHAN dan berserah sepenuh kepada TUHAN.

    Saya percaya, jika saya berserah kepada TUHAN, maka hidup saya ada dalam rencana-Nya. Semua TUHAN yang atur. Saya tinggal duduk manis menunggu semua indah pada waktunya.
Sekian kesaksian saya. Semoga bisa menjadi berkat. Amin.