KESAKSIAN LAINNYA
Jamahan Tuhan untuk nikah dan buah nikahku
Pada suatu hari, beberapa bulan yang
lalu, Tuhan menolong saya begitu... Tuhan Tidak Menipu
Tahun 2013 ini buat saya secara pribadi
adalah tahun peningkatan,baik peningkatan
rohani,... Dalam Keterbatasanku, Kuasa Tuhan Makin Nyata
Pada kesempatan ini, saya ingin
menyaksikan cinta kasih kemurahan Tuhan atas... Rencana Tuhan Yang Terbaik
Saya
benar-benar
merasakan kemurahan Tuhan dalam penyusunan skripsi saya. Pada
semester
7
yang lalu,
saya mengambil... Utamakan Ibadah, Tuhan mampu melakukan segalanya untuk aku
Salam
sejahtera Bapak, Ibu, dan saudara sekalian. Saya ingin menyaksikan
cinta kasih Tuhan... Kuasa Firman Pengajaran yang Benar
Kami
sekeluarga dari kota Bengkulu ingin bersaksi tentang kemurahan Tuhan
dan firman... Kemurahan dan Keajaiban Tuhan
Oleh kemurahan Tuhan, pada tanggal 24 Mei 2011 yang lalu,...
Untuk Koneksi Lambat, silahkan buka http://id.gptkk.org
Transkrip lengkap dari ibadah penggembalaan di Malang dan Surabaya, semuanya di bawakan oleh gembala sidang Pdt. Widjaja Hendra.
Silahkan kontak ke info@gptkk.org apabila bapak/ibu/sdr/sdri ada pertanyaan atau mungkin ingin berlangganan majalah Manna dan silahkan kirim email ke widjaja_h [at] yahoo.com apabila ingin konsultasi pribadi dengan bapak gembala
silahkan ganti tanda [at] dengan @
|
[versi cetak]
Tergembala itu Indah
Oleh: Ibu Yohana Agustina
Minggu, 16 Agustus 2015
Tayang: 04 September 2015
Beberapa hal yang akan kami
saksikan:
- Pada 18 Oktober tahun lalu, saya
harus memeriksakan ASTO (Anti-Streptolysin Titer O)--suatu
tes untuk mengukur titer antibodi sebagai penanda apakah pernah
terinfeksi dengan bakteri Streptococcus beta hemolyticus--dalam
immunologi anak saya, karena pada tahun 2009 tiba-tiba ASTO-nya
dinyatakan positif 200 lebih--yang seharusnya untuk
anak-anak, ASTO-nya minus--, sehingga anak saya harus teraphy
injeksi/suntik tiap bulan selama 5 tahun.
Ini yang
menyebabkan terjadinya RM (demam rematik), sesak, dan yang
parah bisa sampai tidak bisa jalan; anak-anak yang saya lihat di
rumah sakit Hermina, kebanyakan sampai opname, karena mereka
tiba-tiba tidak bisa jalan setelah pulang sekolah. Saat
harus ditest untuk melihat kondisi ASTO-nya,
sejujurnya kami berdua takut, jika hasilnya tetap positif.
Kami
sama-sama bergumul--sampai Ezra pun belajar berpuasa untuk
hal ini--, karena takut dan khawatir jika hasilnya tetap positif.
Banyak teman-teman yang mengalami, setelah mendekati tahun
kelima, hasil test tetap positif, sehingga harus lanjut untuk
dilakukan suntukan selama 5 tahun lagi.
Hari Sabtu, 18
Oktober anak saya diperiksa dan hari Senin hasilnya keluar.
Setelah Ibadah kami buka di mobil, dan
hasilnya negatif !.
Puji Tuhan.
Kami berdua sangat bersyukur.
Ini semua karena kemurahan Tuhan
dan mujizat serta doa penyahutan bapak gembala bersama ibu serta doa
sidang jemaat.
Tetapi Iblis rupanya tidak tinggal
diam. Pada bulan Maret 2015, saat kontrol ke dokter,
disarankan pengulangan 5 tahun lagi terkait jantung
dengan RM (demam rematik); dinyatakan setelah kongres
dokter-dokter anak sedunia. Saya tanya: 'Kenapa? Kan sudah
negatif.' Dengan alasan a, b, c, dokter bilang: Disarankan
saja untuk seperti itu.
Kenyataan ini tidak bisa diterima
oleh papanya Ezra. Dan menyatakan: Stop tidak perlu menuruti
kata dokter! Kami berdua hanya diam, bingung dan saya
hanya bisa berkata: 'Ezra, kita memang tidak bisa lepas
sedetikpun untuk berharap dan bersandar sepenuh pada tangan Tuhan
yang hidup. Kalau sudah seperti ini, papa bilang: Jangan, dokter
bilang: Lanjut. Kita Cuma bisa diam.'
Dan sesungguhnya,
kami sudah merasakan ini mujizat
Tuhan, karena dari yang positif bisa menjadi negatif, serta
kondisi Ezra sudah tidak sesak lagi, main futsalpun dia tidak merasa
apa-apa. Dalam kondisi seperti ini, kami belajar tunduk,
dan hanya bergantung sepenuh kepada Tuhan. Kami percaya
dalam baptisan ada kuasa bilur-bilur-Nya.
- Yang kedua: Terkait
"baptisan".
Saat
melihat anak-anak sekolah minggu dibaptis, saya senang karena
saya sebagai guru sekolah minggu dapat melihat anak-anak
sekolah minggu yang dulunya kecil, sudah beranjak remaja dan masuk
dalam kelahiran baru.
Tetapi disaat itu
pula saya menangis, karena Ezra belum memutuskan untuk
ikut baptisan. Memang baptisan tidak bisa didorong atau
dihalangi.
Hal ini merupakan pergumulan tersendiri, selain:
- Pergumulan rumah tangga yang
belum menyatu,
- Pergumulan yang Ezra alami,
- Pergumulan bagaimana Ezra bisa
tetap tergembala pada pengajaran yang benar.
- Pergumulan supaya Ezra
digerakkan firman Tuhan, sehingga memutuskan untuk masuk dalam
kelahiran baru.
Hal ini juga merupakan pergumulan
Ezra, bukan saya saja. Saat sudah tidak bisa berpikir dan saat
Firman menguatkan saya, saya sering mengatakan: 'Tuhan, saya
tidak tahu bagaimana jadinya nanti. Terserah Engkau saja
Tuhan.', tetapi sering juga saya dan Ezra berkata:
'Kapan berakhir ya Ma, kapan kita bisa seperti yang lain, bisa
bersama-sama satu keluarga beribadah.'
Saat
Ezra memutuskan untuk baptisan air, saya bahagia sekaligus
cemas dan hanya berkata: 'Ya, doa sungguh-sungguh, ibadah juga
sungguh-sungguh, dan doa untuk minta izin ke papa.' Jujur,
kami berdua ada ketakutan kalau tidak diizinkan
baptisan air, karena papanya beribadah di
gereja lain.
Tetapi melalui baptisan ini saya banyak melihat
kuasa firman penggembalaan yang luar biasa kami rasakan.
- Pergumulan Ezra untuk
mendapatkan izin dari papanya melalui BBM--Blackberry
Messenger--karena kalau secara lisan, kami takut dijawab:
Tidak.
Betapa cemas dan takutnya kami berdua menunggu jawaban
dari papanya. Setelah dijawab: OK, barulah, baru bisa
lega.
- Proses kedua, berharap
papanya hadir saat baptisan.
Ibadah hari Minggu, 02 Agustus
2015, kami dikuatkan oleh lagu koor kaum muda: "Saat kau
sendirian hadapi persoalan, serasa tiada jalan keluar....hanya
Tuhan saja yang mengerti, yang memahami, serahkan segala bebanmu
kepada Sang Penciptamu". Saat mendengarkan lagu ini, kami
berdua menahan tangis, saya lihat mata Ezra berkaca-kaca, saya tahu
apa yang dia rasakan. Proses mendapatkan izin baptisan dan berharap
papanya datang mendoakan, tidaklah mudah untuk dia alami.
Firman hari Minggu sangat indah kami rasakan, menguatkan
dan menunjukkan bahwa Tuhan sayang kami berdua, seperti
Firman Tuhan katakan: Tuhan paling tidak tahan melihat
air mata kita, sehingga ada harapan dan kepastian kita
ditolong-Nya.
Akhirnya, Tuhan menolong, sehingga papanya
bisa hadir di Malang, 08 Agustus 2015, walaupun saat itu
bersamaan dengan undangan dari sepupunya yang menikahkan anaknya.
- Proses ketiga, hari Minggu,
sehari sesudah baptisan, inilah yang saya dan Ezra kuatirkan, di
mana papanya masih juga mengajak untuk ibadah sekolah minggu di
gerejanya, karena papanya juga guru sekolah
minggu di gerejanya.
Saya bingung, sedangkan Ezra
tidak berani bilang apa-apa, kami tidak berani
melawan.
Bertahun-tahun, setiap Minggu selalu menahan rasa
dukacita saat mengantar sampai pintu rumah. Ezra
pergi ke sekolah minggu bersama papanya ke gereja lain. Setiap
Minggu, sebelum berangkat kami berdua selalu berdoa: 'Tuhan
tolong Ezra, lindungi dan
hindarkan dari ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman-Mu.
'
Hari Minggu itu membuat hati kami sangat sedih sampai
berhari-hari; sampai membuat kepala saya pusing berhari-hari, dan
setengah hari bisa minum 4-5 obat pereda sakit kepala; tidak kuat
menangggung semua ini.
Sampai akhirnya kami berdua menghadap
om dan tante Wi sebagai gembala kami.
Kami tidak tahu apa yang harus kami katakan dan lakukan. Tetapi,
kembali firman Tuhan yang hidup mendahului kami, sebelum
menghadap bapak gembala.
Sungguh! Firman sebelum dan sesudah
baptisan, sekaligus
penataran imam-imam, mengoreksi saya pribadi dan menyiapkan Ezra.
Saat mendengar firman: Imam menanggung kehinaan-Nya, rela
sengsara daging menanggung kehinaan-Nya, saya dan Ezra saling
melihat, dan seakan kami dipersiapkan harus mengalami ini
semua.
Saat menghadap bapak gembala, juga ditegaskan hal
kebenaran dan tidak lagi mendengar ajaran lain,
karena di gereja papanya, ada wanita yang diperbolehkan mengajar.
Dan om ingatkan: Pegang firman Allah, seperti firman yang tadi
didengar.
Dalam perjalanan pulang, kami berdua menangis di
dalam mobil, sudah tidak bisa berpikir bagaimana Ezra harus bilang
ke papanya. Bagaimana jika papanya marah dan ditolak? Setiap ada
rapat guru sekolah minggu di gerejanya, selalu tidak diperbolehkan
kalau Ezra diajak pulang dulu oleh om atau omanya, jadi harus
menunggu sampai rapat selesai.
Saya sebagai seorang mama
mengerti bagaimana hati perasaan Ezra. Hari Rabu, kami dengar
firman di ibadah doa, benar-benar mengoreksi saya pribadi. Selama
ini saya belum bisa jadi hisop yang dicelup dalam darah--tidak
bisa rela dan tahan sengsara--apalagi menjadi hisop yang dicelup
anggur asam dan empedu, sehingga saya dan Ezra belum mendengar
Yesus berkata: "Sudah selesai!"
Karena sudah
tawar hati, saya tidak pernah lagi mendoakan suami--papanya
Ezra--kepada Tuhan. Tidak pernah ada doa syafaat. Hati sudah sangat
tawar dan selama ini hanya bisa
bertahan. Hisop yang lemah tapi juga tidak berguna,
itulah saya. Firman Tuhan benar-benar menusuk perasaan hati. Berat
dan tidak mudah melalui hari-hari kemarin.
Saya katakan pada
Ezra: 'Bersyukur Ezra bisa alami hal ini, tidak semua anak/teman
mengalami seperti ini. Mulai dari izin baptisan sampai selesai,
masih lanjut terus prosesnya. Harus ada air mata, duka, dan
percikan darah untuk melangkah masuk baptisan dan melayani Tuhan
serta tergembala dengan benar.' Pasti Tuhan mempunyai rencana
yang indah. Ezra memang terlihat besar--badannya
tinggi besar dan gemuk--, padahal umurnya masih 13 tahun
lebih, tetapi ia harus mengalami air mata dan tertekan.
Secara
hati, saya ingin teriak, ingin berontak, tetapi firman Tuhan
telah menguatkan.
Hari Kamis, akhirnya Ezra izin ke
papanya untuk melayani dan tidak lagi ibadah di gereja papanya.
Walau lewat handphone, tetapi saya tahu itu proses berat,
pastinya ada rasa takut dan cemas. Saat tahu sudah terbaca dan
tidak dibalas, kami berpikir: 'Haduh hancur sudah.' Kami
sudah siap jika harus dimarahi atau yang terjelek, keluar dari
rumah.
Siang pulang sekolah, dikirim ulang, baru jam 19.00
dibalas. Ajaib! Luar biasa! Mujizat
Tuhan nyata! Terima kasih bapak gembala
dan ibu, terima kasih guru-guru sekolah minggu! Seakan kami
mengalami seperti Daniel. Entah bagaimana Tuhan bekerja pada
papanya, sehingga hanya dijawab: terserah Ezra saja.
Tidak
percaya rasanya, sampai kami baca berulang-ulang dan saya
memeluk Ezra. Terima kasih Tuhan.
Hari Kamis malam dan Jumat-Sabtu
adalah hari-hari yang indah, yang tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Malam Minggu mulai suara daging
berbicara: Bagaimana kalau Minggu pagi papanya lupa dan ajak lagi ke
gereja? Bagaimana jika jawabanya: ya terserah Ezra saja, hanya
sampai pada kata-kata melayani, tapi tidak untuk tidak ke gereja
papanya.
Saya pesan ke Ezra: 'Harus tegas ya untuk besok.'
Minggu pagi mulai dini hari sampai jam 8, kami berdua kembali
gelisah, takut, dan cemas. Menunggu sambil berdoa: 'Tuhan
nyatakan mujizat-Mu dengan sempurna.'
Puji Tuhan,
akhirnya aman dan benar-benar aman, papanya berangkat
sendiri, dan tidak singgung apapun soal Ezra. Kembali kami berdua
lega, Puji Tuhan!
Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih om tante untuk doa
penyahutan gembala kepada kami yang tiada terukur dalamnya, terima
kasih juga dukungan dan doa guru-guru sekolah minggu untuk Ezra bisa
melalui proses yang berat ini.
Dan saya bisa melihat teladan
guru-guru sekolah minggu yang
ada di WR Supratman 4, dengan peristiwa ini. Saya
melihat bagaimana guru sekolah minggu sangat mendukung dan
mengantar anak-anak sekolah minggu sampai lahir baru. Di sini saya
melihat dan mengalaminya.
Sekali lagi, sungguh indah
tergembala pada pokok anggur yang benar, firman penggembalaan
yang benar bagaikan tangan Tuhan yang menuntun hidup kami. Sekarang
memang belum semua pergumulan selesai, tetapi yang penting adalah
firman tetap mengerjakan hati kami untuk bisa tetap menjadi hisop dan
hati kami percaya bahwa suatu saat kami mendengar suara-Nya:
"Sudah selesai!",
untuk bisa tergembala bersama dan disatukan.
Dan kami berdua
mau menggunakan kesempatan yang ada untuk ibadah melayani dengan
sungguh-sungguh. Saya diingatkan oleh rekan guru sekolah
minggu--tante Ningsih--tentang firman tutup
buka tahun: Tahun ini adalah tahun percikan darah, tapi juga
tahun kemuliaan dan mujizat.
Dan di bulan ini, Tuhan
beri kelepasan buat Ezra dan saya. Ezra sudah lahir baru, sudah tidak
lagi beribadah di tempat lain, dan kami dituntun untuk jadi hisop
yang dipakai Tuhan. Ini adalah hadiah terbesar buat saya, kelepasan
dari pergumulan selama bertahun-tahun.
Segala kemuliaan
hanya bagi Tuhan.
kembali ke halaman sebelumnya
|