Simpang Borobudur no 27 Malang
0341-496949

Pdt. Jusak Widjaja Hendra - WR Supratman 4 Sby

Kita masih membahas kitab Wahyu 1: 9-20, ini tentang rasul Yohanes yang di buang ke pulau Patmos (mengalami sengsara daging) bukan karena berbuat dosa, tetapi karena Firman ALLAH dan kesaksian YESUS, sehingga
rasul Yohanes mengalami tiga hal:

  1. Ay 9, dapat masuk persekutuan yang benar dengan TUHAN dan sesama. Persekutuan dengan TUHAN, itulah persekutuan tubuh dengan Kepala. Persekutuan dengan sesama, itulah persekutuan Tubuh Kristus.


  2. Ay 10-16, dapat mendengar dan melihat bunyi sangkakala yang nyaring (Firman penggembalaan), yang menjadi dua wujud nyata:


    • Tujuh kaki dian emas, itulah gereja TUHAN yang sempurna. Ini dapat dilihat.
    • Pribadi YESUS dalam kemuliaan sebagai Imam Besar, Raja segala raja, Hakim yang adil, dan Mempelai Pria Surga (Wahyu 1:13-16). Ini sudah kita pelajari.


  3. rasul Yohanes dapat tersungkur di bawah Kaki YESUS (menyembah YESUS), sehingga tidak ada ketakutan lagi (daging tidak bersuara lagi).

Wahyu 1: 17
, Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,

Dapat tersungkur di bawah Kaki TUHAN seperti orang mati, artinya menyembah TUHAN sampai daging tidak bersuara lagi. Mengapa ini diijinkan oleh TUHAN? Mari kita lihat pada ayat 9, tentang keadaan kerohanian rasul Yohanes.

Wahyu 1: 9, Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.

Keadaan kerohanian rasul Yohanes yaitu ditandai dengan:

  • ada Firman ALLAH (meja roti sajian),
  • ada kesaksian YESUS (pelita emas), tetapi masih kurang satu itulah doa penyembahan (mezbah dupa emas). Ini bahaya! Biarpun seorang rasul (hebat), kalau tidak ada mezbah dupa emas = tidak ada penyembahan atau penyembahannya belum mencapai ukuran (daging masih bersuara), maka ini akan menjadi sasaran dari antikris.


Wahyu 12: 17, Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

Ay 17 => 'marahlah naga itu' => naga yang sudah dicampakkan ke bumi, lalu menjadi antikris.
'memerangi keturunannya yang lain' => keturunan perempuan (gereja TUHAN). 'yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus' => mempunyai meja roti sajian dan kesaksian YESUS (ini seperti yang dimiliki rasul Yohanes), tetapi tidak mempunyai mezbah dupa emas. Akhirnya menjadi sasaran antikris. Menjadi sasaran antikris berarti masuk dalam aniaya antkris, bahkan menjadi sama dengan antikris yang akan dibinasakan selamanya.

Jadi, inilah keadaan kerohanian rasul Yohanes yang sangat riskan. Ukuran penyembahan adalah 'seperti mati' (sampai daging tak bersuara). Oleh sebab itu kalau TUHAN ijinkan sesuatu yang tidak enak bagi daging (sengsara daging tanpa dosa), bukanlah maksud TUHAN untuk menghancurkan kita, melainkan untuk meningkatkan kerohanian kita, sehingga kita dapat menjadi penyembah ALLAH yang benar (menyembah TUHAN sampai daging tak bersuara dan antikris tidak dapat menjamah kita). Ini seperti rasul Yohanes yang dibuang ke pulau Patmos => 'sudah menjadi rasul, hebat, mengapa dibuang ke pulau Patmos?' Ini diijinkan TUHAN yaitu untuk mengalami sengsara daging tanpa dosa.

Kalau sekarang ini, kita datang dalam keadaan sengsara daging tanpa dosa => 'mengapa saya dibeginikan?' Ini maksudnya untuk meningkatkan kerohanian sampai kita menjadi penyembah yang benar = doa penyembahannya memenuhi ukuran yaitu daging tidak bersuara lagi. Mari, kita pelajari tentang penyembah yang benar.

Yohanes 4: 23, 24,
23. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Jadi penyembah yang benar (penyembahan yang benar) didorong oleh kebenaran (Firman ALLAH yang benar) dan Roh Kudus = didorong oleh Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua (Firman pengajaran yang benar). Rasul Yohanes diijinkan oleh TUHAN di buang ke pulau Patmos (sengsara tanpa dosa), supaya dapat masuk dalam persekutuan yang benar. Sekarang ini banyak persekutuan tubuh Kristus yang tidak benar, sebab kepalanya bukanlah YESUS (bukan Firman pengajaran yang benar), mungkin hanya karena sungkan kepada manusia dll. Lalu, dapat mendengar dan melihat Firman penggembalaan yang menjadi dua wujud nyata; gereja yang sempurna (disucikan dan disempurnakan) dan Pribadi TUHAN Yang sempurna-mulia. Lalu, dapat tersungkur lewat sengsara daging tanpa dosa. Kalau sengsara daging karena berbuat dosa, minta ampun dan bertobat. Sengsara daging tanpa dosa, mendorong kita untuk tersungkur (menyembah kepada TUHAN).

Ibrani 4: 12, 13,
12. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
13. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua = Firman pengajaran yang benar = Firman penyucianmenyucikan kehidupan kita mulai dari hati kita. Semoga kita dapat mengerti.

Hati ini berisi tujuh hal (tujuh keinginan jahat dan najis) yang tersembunyi. Inilah yang harus ditusuk (disucikan).
Matius 15: 19
Karena dari hati timbul segala (1)pikiran jahat, (2)pembunuhan, (3)perzinahan, (4)percabulan, (5)pencurian, (6)sumpah palsu dan (7)hujat.

Ay 19 => 'pikiran jahat' => prasangka buruk.
'pembunuhan' => kebencian.
'sumpah palsu' => dusta.
'hujat' => mulai dari menjelek-jelekkan orang, memfitnah, sampai menghujat pengajaran yang benar (menghujat TUHAN).

Angka tujuh ini juga menunjuk pada:

  • tujuh lampu pada pelita emas. Kalau di dalam hati tersembunyi tujuh keinginan jahat dan najis, maka hati menjadi gelap (pelita padam), sehingga hidupnya menjadi mata gelap (membabi buta) dan menuju kesempurnaan dalam kejahatan dan kenajisan (babel). Tetapi kalau hati sudah disucikan dari tujuh keinginan jahat dan najis, maka hati menjadi suci dan menuju kepada kesempurnaan seperti YESUS.


  • tujuh juga menunjuk kesempurnaan:


    • jika hati diisi dengan tujuh keinginan jahat dan najis yang tersembunyi (orang lain, isteri, suami tidak tahu, tetapi pedang Firman mengetahui), maka menuju kesempurnaan dalam kejahatan dan kenajisan.


    • jika hati disucikan dari tujuh keinginan jahat dan najis yang tersembunyi, maka akan hidup dalam kesucian (mata hatinya terang) dan menuju kesempurnaan. Kalau mata hatinya terang, maka dapat melihat TUHAN = dapat menyembah TUHAN. Jadi, penyembahan itu kuncinya ada di dalam hati.


Matius 5: 8, Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Ay8 => 'mereka akan melihat Allah' => melihat ALLAH dan dilihat oleh ALLAH.

Jadi, jika hati kita suci (mata hati terang), maka kita dapat melihat TUHAN dan kita dilihat oleh TUHAN. Itulah penyembahan! Penyembahan itu bukanlah sepihak. Hanya kita yang melihat TUHAN dan TUHAN tidak melihat kita, jika demikian itu tidak ada artinya! Contohnya: coba saudara minta pertolongan kepada orang dan orangnya menghadap kearah lain, lalu saudara terus melihat orang itu, itu tidak ada gunanya (sekalipun kita lihat selama dua hari, tidak ada gunanya), sebab dia tidak mungkin menolong. Mungkin kita dalam keadaan jatuh dsb, lalu kita dapat melihat Dia dan Dia melihat kita, maka segera terjadi pertolongan.

Kita dapat melihat TUHAN dan TUHAN dapat melihat kita, itulah penyembahan yang benar! Ada hubungan timbal balik. Mungkin sekarang ini kita seperti rasul Yohanes, diijinkan di buang ke pulau Patmos, bukan supaya hancur, tetapi supaya kerohanian kita meningkat sehingga dapat tersungkur di bawah Kaki TUHAN, tidak dapat dijamah oleh antikris dan menjadi penyembah yang benar. Penyembahan yang benar didorong oleh Firman pengajaran yang benar dan urapan Roh Kudus (Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua). Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua menyucikan hati dari tujuh keinginan jahat dan najis, mata hati menjadi terang dan kita dapat melihat TUHAN dan kita juga dapat dilihat oleh TUHAN (menyembah TUHAN).

Kalau hati tidak suci (kehidupan tidak suci)/berdosa, maka TUHAN berpaling (tidak melihat kita). Siapapun kita (baik rasul, hebat) kalau berdosa, maka TUHAN tidak akan melihat kita.

Lukas 22: 60-62,
60. Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
61. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Ay 60 => "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan" => berkata dusta (menyangkal TUHAN) ini termasuk salah satu dari tujuh keinginan jahat dan najis ('sumpah palsu' Matius 15: 19).

Ay 60, 61 => 'Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus' => Karena ada kokok ayam, TUHAN berpaling memandang Petrus. Tadi, saat Petrus berdusta, TUHAN tidak melihat Petrus. Tetapi masih ditolong oleh kokok ayam dan TUHAN berpaling melihat Petrus. Inilah gunanya kokok ayam, mungkin sederhana tetapi penting, sebab dapat menarik perhatian TUHAN. Apa gunanya kita memandang TUHAN 'Haleluya YESUS', tetapi Dia tidak memandang kita, ini tidak ada gunanya.

Jadi, saat Petrus berdusta (berdosa, hati tidak suci), maka TUHAN memalingkan (menyembunyikan) Wajah-Nya dari Petrus (sekalipun Petrus seorang rasul). TUHAN memalingkan Wajah-Nya, berarti tidak dilihat oleh TUHAN, tidak diperhatikan, dibiarkan saja oleh TUHAN. Hati-hati! Sekalipun kita sebagai hamba TUHAN, pelayan TUHAN, tetapi kalau mempertahankan dosa (hati yang tidak suci), maka TUHAN tidak melihat kita. Ini pelajaran bagi kita! Petrus yang hebat tidak dilihat oleh TUHAN, apalagi kita semua (hanya seperti Wijaya)? Itu sebabnya, kita harus bersungguh-sungguh.

Untunglah, saat itu ada kokok ayam = Firman penggembalaan yang benar yang selalu diulang-ulang => 'kukuruyuk, kukuruyuk' Kokok ayam itu setia, ada setiap pagi. Kira-kira pukul 03.00 (paling dingin), maka berkokoklah ayam (mungkin ini sebagai sensor pada ayam). Jadi, tidak perlu lagi pakai weker (alarm), ayam langsung berkokok. Firman penggembalaan yang benar yaitu Firman pengajaran yang benar yang dipercayakan TUHAN kepada seorang gembala, untuk disampaikan kepada sidang jemaat dengan setia, teratur dan diulang-ulang (bagaikan pedang yang menyambar-nyambar) untuk menyucikan kita.

Firman penggembalaan disampaikan dengan:

  • dengan setia: sekalipun ayam itu sakit (masih bisa ditanggulangi), masih bisa berkokok. Tetapi kalau sakitnya sudah parah atau mati, ayam itu tidak akan berkokok. Seringkali, kalau gembala tidak sakit, tidak berkokok (rekreasi kemana-mana). Setia itu tidak bisa dihalangi oleh apapun, kecuali terpaksa (memang sudah tidak bisa lagi).


  • dengan teratur: kokok ayam itu teratur => 'selalu kukuruyuk, kukuruyuk' Tidak ada kokok ayam => 'hari ini kukuruyuk, lalu besok beda bunyinya'
  • diulang-ulang: karena ini Firman pengajaran yang benar, mungkin saudara datang disini dibilang => 'anjing babi, anjing babi, ini yang terus diulang-ulang'. Ini tadi, membabi buta, kalau dilanjutkan seperti anjing babi.

Mungkin setiap datang ke gereja => 'hanya anjing babi lagi, anjing menjilat muntah, aku terkena lagi' Inilah namanya ayam berkokok (pedang menyambar-nyambar). Saat ayam berkokok = pedang sedang menyambar-nyambar adalah saat TUHAN berpaling untuk melihat kita (menghadapkan Wajah-Nya kepada kita). Sebenarnya kita sudah berdosa dan TUHAN tidak mau melihat orang berdosa. Petrus saja saat berdosa tidak dilihat, apalagi kita (bangsa kafir)! Masih ada ayam berkokok (diulang-ulang), ini karena saudara dan saya masih mempertahankan dosa (TUHAN tidak melihat kita). Kalau kita berdosa, Dia menyembunyikan Wajah-Nya. Tetapi kalau ada pedang menyambar-nyambar merupakan saatnya Dia menghadapkan Wajah-Nya kepada kita. Kalau pedang menyambar-nyambar, TUHAN memandang kita, apa yang terjadi pada kehidupan kita? Apa buktinya, kalau TUHAN memandang saya dalam pemberitaan Firman? Bukti TUHAN memandang kita adalah kita mengalami penyucian =

  • kita dapat menyadari (menyesali) dosa => 'itu saya (tidak mengamuk)' Kalau sikap kita => 'dibilang anjing babi, aku tidak mau masuk lagi' Jika demikian, TUHAN akan tetap berpaling. Kalau sekarang, Firman TUHAN diulang mungkin ke seratus kali => 'jangan berdusta' Berarti kita masih terus mengulangi dosa. Tetapi setelah Firman diulang ke sekian kali => 'itu saya TUHAN, minta ampun' Itulah TUHAN sudah memandang kita dan kita mengalami penyucian.


  • kita mengakui dosa-dosa kepada TUHAN dan sesama. Jika diampuni jangan berbuat dosa lagi. Kita disucikan dan kita dapat memandang TUHAN.

Tadi dalam Lukas 22 'ketika ayam berkokok, YESUS berpaling memandang Petrus dan Petrus juga memandang YESUS'

Lukas 22: 61, 62,
61. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Ay 62 => 'menangis dengan sedihnya' => menyesali (menyadari) dosa = hancur hati.

Saat pemberitaan Firman dan kita dapat hancur hati, berarti TUHAN sudah memandang kita, kita disucikan, sehingga kita dapat memandang Dia. Semoga kita dapat mengerti.

Yehezkiel 39: 29, Aku tidak lagi menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, kalau Aku mencurahkan Roh-Ku ke atas kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Ay 29 => 'Aku tidak lagi menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka' => Ini terjadi kalau ada kokok ayam (pedang menyambar-nyambar). Kalau datang ke gereja => 'mengapa dosa saya terus (berdusta terus)' Selama saudara dan saya belum terlepas, Firman itu akan diberitakan terus, sebab TUHAN ingin menghadapkan Wajah-Nya kepada kita. Sebab kalau Dia menyembunyikan Wajah-Nya, kita akan celaka. Rasul Petrus saja celaka, apalagi kalau kita!
Jadi jangan salah paham! Kalau Firman diulang => 'saya terus yang terkena, ini
sentimen' Tidak! Tetapi TUHAN sedang mau memandang kita.

Buktinya, kalau kita memandang TUHAN dan TUHAN memandang kita, yaitu Roh Kudus dicurahkan ditengah kita. Mari sekarang ini, kita dalam pengutusan. Hari ini semestinya ibadah pendalaman alkitab, tetapi di ganti dengan ibadah doa penyembahan. Nanti di Empire, juga ada ibadah pendalaman alkitab. Ini hanya kebijaksanaan saja, sebab dalam pengutusan, kita membutuhkan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, pelayanan kita tidak akan ada artinya. Kalau pelayanan kita merupakan pelayanan daging, itu tidak ada artinya. Pelayanan daging tidak layak (tidak ada gunannya) bagi kerajaan surga. Tetapi Roh Kudus lah yang menolong kita. Biarlah sekarang ini, kita memohon satu saja, yaitu Roh Kudus. Mungkin kita membutuhkan lainnya, terserah, tetapi semuanya sudah tercakup dalam Roh Kudus.

Air kehidupan dari surga (Roh Kudus) dicurahkan kepada kita semuanya, itulah bukti TUHAN memandang kita dan kita memandang TUHAN. Mungkin sekarang ini kira berada dalam keadaan kering, ini merupakan kesempatan kita. Tadi, begitu Petrus menyangkal YESUS (berdusta) => 'aku tidak mengenal Dia' Maka Petrus menjadi kering. Berbuat dosa (berdusta) itu menjadi kering. Tetapi saat Firman datang, Petrus dapat menyadari, menyesali, mengaku, maka TUHAN memandang dia dan dia dapat memandang TUHAN. Sungguh-sungguh air kehidupan dari surga (Roh Kudus) dicurahkan sampai pun kepada tanah yang kering. Mungkin kita dalam keadaan kering, kecewa, putus asa, sedih, susah dsb, masih ada air kehidupan dari surga yang dicurahkan.

Jika air kehidupan dari surga (Roh Kudus) dicurahkan, hasilnya adalah

  1. Yehezkiel 47: 8, 9,
    8. Ia berkata kepadaku: "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar,
    9. sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.

    Ay 8 => 'Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan' => ini sungai dari bait ALLAH (Takhta ALLAH).

    'dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam' => di laut Asin tidak ada kehidupan, bakteri pun tidak dapat hidup, sebab kadar garamnya terlalu tinggi.

    'dan air itu menjadi tawar' => tetapi kalau ada air dari bait Suci yang mengalir, maka menjadi tawar. Yang asin sekali menjadi tawar.

    Ay 9 => 'sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup' => yang tadinya tidak ada kehidupan (mati), menjadi ada kehidupan, karena ada air kehidupan.

    Hasil pertama: air kehidupan (Roh Kudus) memberikan kehidupan secara jasmani = sanggup memelihara kehidupan kita secara jasmani dan rohani di tengah kemustahilan. Laut Asin itu bagaikan sesuatu yang sudah mustahil, bakteri (yang kecil) saja tidak dapat hidup, semuanya tidak dapat hidup, apalagi yang lainnya! Tetapi kalau ada air kehidupan dari surga (bait Suci), bisa hidup.

    Memelihara hidup secara:


    • secara jasmani: Roh Kudus mampu memelihara kehidupan kita secara jasmani ditengah kesulitan, kemustahilan. Orang lain sudah bilang => 'kamu tidak bisa, toko mu tidak bisa ... tidak mungkin ini' Mari kita menjadi penyembah yang benar, supaya Roh Kudus mengalir. Dengan hati suci, kita menyembah (memandang TUHAN) dan TUHAN memandang kita, Roh Kudus dicurahkan dan yang mati menjadi hidup. Yang sulit, mustahil, Roh Kudus dapat memelihara kita. Baik dalam bekerja (berdagang), bersekolah, semuanya akan TUHAN tolong.


    • secara rohani: dapat hidup benar dan hidup suci ditengah dosa-dosa, sampai puncaknya dosa di akhir zaman ini. Puncaknya dosa adalah dosa makan minum dan dosa kawin mengawinkan. Sekalipun dosa ini sudah ada dimana-mana, tetapi kalau ada air kehidupan dari surga, maka kita tetap hidup benar dan hidup suci. Kalau dari daging (sekalipun memiliki ijasah, kekayaan dll), tidak akan dapat hidup benar dan masih kalah dengan dosa. Tetapi kalau mempunyai Roh Kudus, kita akan menang dan dapat hidup benar dan suci.


    • Roh Kudus mampu memelihara kita, sampai pada zaman antikris yang berkuasa di bumi selama tiga setengah tahun.
    • Bahkan sampai selama-lamanya, kita akan dipelihara oleh TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.


  2. Yohanes 4: 10,11, 13,14,
    10. Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
    11. Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
    13. Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
    14. tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

    Ay 13 => 'Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi' => kalau yang dari dunia, akan haus. Apa yang berasal dari sumur dunia ini; kekayaan, kepandaian, kehebatan, bahkan sampai dosa-dosa (pesta seks), tidak akan memberikan kepuasan (tetap haus), bahkan sampai menjadi pahit.

    Hasil kedua: air kehidupan dari surga (Roh Kudus) mampu memberikan kepuasan surga (kebahagiaan surga) yang berlimpah-limpah, sehingga:


    • dapat mengalir kepada sesama yang membutuhkan (bersaksi). Mari di Empire Palace kita bersaksi; mengundang yang lain supaya dapat hadir dan kita doakan. Itulah ada kelimpahan air kehidupan (Roh Kudus). Kalau orang bergosip, berdusta dll, itu kering sekali. Kalau orang dapat bersaksi, saat bertemu orang dan berkata => 'Ini Firman TUHAN..' Jadi, dapat dilihat dari omongannya.


    • dapat memancar keatas sampai hidup kekal. Sekarang kita masih hidup di dunia yang terkutuk, tetapi ada kepuasan surga (kebahagiaan surga) yang berlimpah, sampai kelimpahan yang terakhir, kita benar-benar hidup kekal di surga selama-lamanya.


    Kalau ada Roh Kudus, maka dapat mengalir kesebelah (bersaksi-mengundang) dan memancar ke atas sampai hidup kekal selamanya. Kalau tanpa Roh Kudus, kita tidak akan dapat bersaksi (kering), bahkan bergosip, berdusta, memfitnah dll. Air kehidupan (Roh Kudus) dapat mengalir ketempat yang paling kering, bahkan pada batu keras, sampai menjadi mata air. Semoga kita dapat mengerti.

    Inilah kekuatan air kehidupan (Roh Kudus) yaitu:


    • Roh Kudus mampu memelihara hidup kita secara jasmani ditengah kekeringan, kesulitan dunia, kemustahilan => 'tidak bisa kalau kerja itu ..' Tetapi kalau itu dari TUHAN, maka Roh Kudus yang menolong.


    • Secara rohani;


      1. ditengah dunia yang sudah kacau, sampai puncaknya dosa (dari kecil sampai tua), kita dapat tetap hidup benar dan suci.
      2. kedua, ditengah suasana kutukan kita dapat merasa puas dan bahagia (mengalami suasana surga) yang berlimpah-limpah, sehingga dapat mengalir ke sebelah dan dapat memancar keatas sampai mendapatkan hidup kekal di surga (kebahagiaan kekal di surga).


  3. Wahyu 22: 1, Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.

    Ay 1 => 'sungai air kehidupan' => Roh Kudus.

    Hasil ketiga: 'sungai air kehidupan yang jernih bagaikan kristal' = sungai air kehidupan menyucikan dan mengubahkan kehidupan kita dari manusia daging menjadi manusia rohani seperti YESUS. Ini merupakan mujizat rohani (mujizat terbesar). Keubahan dimulai dari jujur ('jernih seperti kristal') = tidak ada yang disembunyikan. Kita harus jujur terutama soal TUHAN (pengajaran yang benar).

Dalam ibadah pada waktu yang lalu, kita sudah mendengar, kalau banyak pertanyaan (bimbang), maka akan ada banyak air mata. Jujur itu kalau salah, katakan salah, kalau benar katakan benar. Jangan, 'benar ... tetapi', 'salah ... tetapi' Ini tidak jujur! Orang semacam ini kering (jemaat menjadi kering). Inilah yang paling saya takuti! Bukan berarti saya menantang dengan berkata kalau lapar, saya sudah mengalami, semuanya sudah, tetapi kalau kering jangan. Kalau kering, apa artinya menjadi hamba TUHAN (tidak ada artinya). Itu yang harus dijaga.

Kejujuran itu menentukan kering atau tidaknya hidup kita seperti:

  • jujur soal pengajaran (soal TUHAN),
  • jujur dalam keuangan,
  • jujur dalam nikah, dan juga
  • jujur dalam segala hal. Itulah jernih seperti kristal. Kalau sekarang kita dapat jujur, ini merupakan mujizat terbesar. Saya mengajarkan kepada Lempin-El (mungkin sekarang mendengarkan juga) => 'Jangan melihat orang! Biarpun orang itu hebat (seperti Petrus), kalau salah, katakan salah' Sekalipun menjadi hamba TUHAN paling hebat, siapa kita, jika dibandingkan dengan Petrus. Jangan berkata => 'oh ya, tapi ...'Jangan, itu tidak jujur dan kering (pelayanannya kering, semuanya kering, jasmani-rohani kering). Inilah yang paling saya takutkan dalam sidang jemaat. Kalau lapar dll, saya tidak urus. Tetapi kalau kering, ini urusan besar (masalah besar).

Saat ada ayam berkokok, Dia memandang kita dan kita dapat memandang Dia, kita menjadi sadar => 'saya bersalah, mulut ini terlalu banyak bergosip, tidak jujur' Akui, maka dalam sekejap mata hujan lebat datang. TUHAN itu Maha Pemurah dan Maha Baik. Kalau kita merasa kering, lalu dikoreksi oleh Firman, kita harus bersyukur.

Mujizat rohani terjadi (jujur) dan mujizat jasmani juga terjadi. Kalau sudah jujur, maka doa orang jujur di jawab oleh TUHAN (Amsal 15: 8) dan kita menjadi rumah doa. Kalau kita sudah tidak kuat, hanya berkata => 'Haleluya YESUS (dengan tetesan air mata)' Maka YESUS sudah tahu dan Dia akan mengadakan mujizat secara jasmani.

Amsal 15: 8, Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa orang jujur dikenan-Nya.
Ay 8 => 'Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN' => kalau orang fasik (tidak jujur), biarpun berkorban, merupakan kekejian. Semakin berkorban, semakin keji dihadapan TUHAN.

'tetapi doa orang jujur dikenan-Nya' => persembahannya dan doanya berkenan kepada TUHAN.

Jika menjadi rumah doa, setiap seruannya, menyebut 'Haleluya', setiap tetesan air matanya, maka TUHAN sanggup mengadakan mujizat seperti:

  • yang mati menjadi bangkit,
  • yang mustahil menjadi tidak mustahil,

Jika air kehidupan mengalir di dalam kehidupan kita, kita menjadi rumah doa, mujizat rohani (keubahan) terjadi, mujizat jasmani juga terjadi, maka setiap langkah kita, setiap detak jantung kita, setiap helaan nafas kita, merupakan langkah-langkah mujizat (selalu ditolong oleh TUHAN). Sampai langkah yang terakhir, jika YESUS datang kembali ke dua kali, kita diubahkan menjadi sempurna, sama mulia dengan Dia. Kita terangkat ke atas, kita memandang Dia Muka dengan muka untuk selama-lamanya. Semoga kita dapat mengerti.

Mari apapun keadaan saya dan saudara, mungkin dalam kesalahan, kekurangan, kekerasan, kekeringan, selama masih ada ayam yang berkokok (pedang menyambar-nyambar) sekalipun sakit bagi daging (ditunjuk terus), itu berarti TUHAN sedang memandang kita. Mari, pandanglah juga TUHAN. TUHAN rindu untuk saling memandang. Kalau sudah saling memandang, maka hujan Roh Kudus turun diatas kehidupan kita.

TUHAN memberkati kita semuanya.

Ibadah Doa Malam Surabaya, 12 Mei 2014 (Rabu Malam)

Puji TUHAN, mari kita menggunakan waktu malam ini untuk bertelut di bawah kaki TUHAN, baik untuk keperluan pribadi kita, rumah tangga, teristimewa juga untuk tugas dari TUHAN kepada kita di Empire Palace. Kita tidak mampu apa-apa sedikitpun, biarlah TUHAN yang menolong kita. Lewat doa, serahkan semuanya kedalam tangan TUHAN.

Mazmur 95: 6
6. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.

Ayat 6 => 'TUHAN yang menjadikan kita' => TUHAN Sang Pencipta.

Penyembahan adalah merendahkan diri serendah-rendahnya ('berlutut di hadapan TUHAN'), sampai mengaku hanya debu tanah liat dihadapan TUHAN Sang Pencipta. Inilah kuncinya! Kita merendahkan diri, mengaku => 'saya hanya debu, tanah liat' Jadi, kalau kita mengaku hanya debu tanah liat, berarti kita berada dihadapan TUHAN Sang Pencipta. TUHAN menciptakan manusia dari debu tanah liat.

Sebagai contohnya adalah

  1. Yunus 3: 6, 8-9
    6. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
    8. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
    9. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."

    Contoh pertama: raja Niniwe yang menghadapi keadaan dosa sampai puncaknya dosa, sehingga Niniwe diancam hukuman oleh TUHAN.

    Puncaknya dosa:


    • dosa makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
    • dosa kawin mengawinkan: nikah yang salah, dosa percabulan dll.


    Akhirnya raja Niniwe mengambil keputusan untuk berpuasa dan berdoa. Kalau sekarang, kita doa malam dan menyembah TUHAN. Kalau kita belajar dari raja Niniwe, jadi menyembah TUHAN adalah merendahkan diri serendah-rendahnya (sekalipun dia raja, dia turun dari singgasananya) sampai bisa mengaku debu tanah liat yang banyak kekurangan, kelemahan, dosa-dosa = melunakkan hati TUHAN, sehingga TUHAN tidak menghukum Niniwe dan TUHAN mengampuni (terjadi pemulihan). Kalau kita dalam keadaan berdosa (puncaknya dosa), diancam hukuman, tetapi kalau bisa menyembah TUHAN; bisa merendahkan diri, mengaku hanya tanah liat yang memang banyak kekurangan, kelemahan, dosa-dosa = melunakkan hati TUHAN.

    Contoh lainnya lagi: raja Daud sudah jatuh dengan Betsyeba. Seharusnya sudah dihukum oleh TUHAN, tetapi masih terjadi pemulihan asalkan bisa merendahkan diri. Raja yang berada ditakhta tinggi, langsung turun. Apalagi kita yang tidak punya takhta. Kita pasti lebih mudah merendahkan diri, mengakui bahwa kita banyak kekurangan, kelemahan, dosa-dosa.


  2. Ayub 42: 5-6
    5. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
    6. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

    Contoh kedua: Ayub merupakan kehidupan yang hebat, tetapi dia menghadapi sesuatu yang dahsyat = Ayub menghadapi ujian habis-habisan (harta dan semuanya habis). Semuanya sudah habis (harta dan keluarganya habis), bahkan tubuhnya pun habis dan tinggal tulang-kulit. Ini berarti sudah tidak ada harapan lagi.

    'dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu' => Ayub menyembah TUHAN. Kalau belajar dari Ayub, jadi menyembah TUHAN adalah merendahkan diri serendah-rendahnya sampai kita mengaku hanya tanah liat debu belaka, untuk mencabut kebenaran diri sendiri. Ayub merupakan kehidupan yang saleh, suci, jujur, takut akan TUHAN, tetapi ada satu yang harus dicabut itulah kebenaran diri sendiri.

    Dalam Kitab Ayub 32: 1-2, disini disebutkan tentang kebenaran diri sendiri.
    Ayub 32: 1-2
    1. Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
    2. Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

    Kebenaran diri sendiri adalah


    • menutupi dosa dengan cara menyalahkan orang lain = merasa lebih benar dari orang lain dan tidak pernah mengaku dosa.
    • menutupi dosa dengan cara menyalahkan TUHAN (pengajaran yang benar). Pengajaran yang benar dibolak-balik (diputar-putar). Seringkali kami sebagai hamba TUHAN, dulu mengajarkan => 'tidak boleh' Nanti setelah beberapa tahun => 'o ya ini bisalah, kita boleh begini' Inilah kebenaran sendiri! Dulu mengajarkan harus begini (tahbisan harus begini), sekarang => 'kita sudah begini kok, boleh ..' Inilah kebenaran sendiri! Dulu bilang => 'ini pengajaran, hebat' Sekarang => 'salah'


    • kebenaran di luar Firman TUHAN. Inilah yang sering banyak salah. YESUS seorang diri di kayu salib, akhirnya semua orang mengakui bahwa Dia benar. Jadi, kebenaran diri sendiri bukan berarti kalau yang seorang itu benar => 'dia kebenaran sendiri' Bukan! Kebenaran sendiri ukurannya bukan 1000 orang, 1 orang, bukan!


    Kebenaran diri sendiri ukurannnya adalah diluar Firman (tidak cocok dengan Firman). Biarpun 1000 orang setuju => 'ini tidak apa-apa' Tetapi tidak cocok dengan Firman, itulah kebenaran sendiri. Biarpun hanya satu orang saja, tetapi bertahan sesuai dengan Firman, itulah kebenaran dari TUHAN (bukan kebenaran sendiri). Seringkali mengatakan => 'yang lainnya boleh kok, cuma gereja ini (cuma dia), ini kebenaran sendiri', Salah!

    Kebenaran diluar Firman, misalnya: Firman TUHAN bilang tidak boleh, tetapi 1000 orang bilang boleh => 'ini karena begini ..' Inilah kebenaran sendiri. Tetapi ada satu orang, bilang => 'Firman bilang tidak boleh' Inilah kebenaran dari TUHAN. Jadi jangan salah, kalau hanya satu orang saja => 'ini kebenaran sendiri' Tidak! Kalau cocok dari Firman, itulah kebenaran dari TUHAN.

Jadi, Ayub harus mencabut kebenaran sendiri ('aku mencabut perkataanku'). Kata-kata harus hati-hati! Kita membenarkan diri sendiri, banyak lewat perkataan (perkataan sia-sia). Seringkali, kita menutupi dosa untuk membenarkan diri sendiri. Belajar dari pengalaman Ayub, kalau orang itu memakai kebenaran sendiri (sekalipun orang paling kaya di daerah timur) => 'baru kali ini aku melihat TUHAN, baru kali ini aku mendengarnya' Ini benar-benar bahaya! Jadi kalau kita menggunakan kebenaran sendiri, maka telinga kita tidak bisa mendengarkan Firman (tidak bisa melihat TUHAN, tidak bisa menyembah TUHAN).

Ayub 42: 5
5. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Ayat 5 => 'Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau' => dulu mendengar dari orang.

Kalau kita menggunakan kebenaran sendiri, maka telinga menjadi tidak baik (tidak bisa mendengarkan Firman) dan mata tidak bisa memandang TUHAN = telinga dan matanya tidak baik = telinga bagaikan tuli dan mata bagaikan buta. TUHAN mengatakan di Kitab Yesaya => 'siapa yang buta, tuli, itulah hamba Ku' Nabi-nabi, pelayan TUHAN banyak yang buta dan tuli. Hati-hati! Bayangkan saja, kalau kita melayani TUHAN dengan buta dan tuli, nanti akan 'ngawur' (tidak sesuai dengan kehendak TUHAN). Semoga kita mengerti.

Begitu Ayub merendahkan diri (mengaku debu tanah liat), maka berada didalam tangan TUHAN. Penekanan Firman TUHAN pada malam hari ini adalah hanya merendahkan diri. Kalau ada dosa, ada hukuman, semestinya sudah hancur seperti Niniwe, seperti Daud juga, tetapi malam ini masih ada kesempatan, mari mengaku => 'saya tanah liat TUHAN, memang banyak salah, dosa, sampai najis (puncaknya dosa), ampunilah saya TUHAN' Maka TUHAN mengampuni (tidak menghukum) dan terjadi pemulihan.

Kalau sudah seperti Ayub, sudah habis-habisan semuanya (mungkin hamba TUHAN pelayanan habis-habisan, jemaat habis, yang berdagang habis semuanya), mari merendahkan diri => 'memang saya tanah liat dan seringkali masih ada kebenaran sendiri' Kebenaran sendiri itu menutupi dosa dengan cara menyalahkan orang lain (entah suami, isteri, anak, orang tua), menutupi dosa dengan cara menyalahkan TUHAN (pengajaran yang benar dibolak-balik), kebenaran diluar Firman (diluar alkitab).

Kalau dalam pelayanan, kita menggunakan kebenaran sendiri, maka hancur. Dalam berdagang menggunakan sesuatu diluar alkitab, maka hancur (habis-habisan). Mungkin perkataan kita banyak yang salah, ditarik semuanya, minta ampun kepada TUHAN dan biarlah tanah liat berada didalam tangan TUHAN.

Lewat doa penyembahan, maka debu tanah liat berada didalam tangan TUHAN. Hasilnya adalah

  1. Ayub 42: 10
    10. Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.

    Hasil pertama: tangan Sang Pencipta mampu untuk memulihkan kita dua kali lipat (double); rohani ditolong, maka jasmani juga ditolong.


  2. Waktu TUHAN menciptakan langit dan bumi, sampai menciptakan manusia, TUHAN berkata => 'semua baik'

    Hasil kedua: tangan Sang Pencipta mampu untuk menjadikan semua baik, semua indah, semua berhasil.


  3. Kejadian 1:26
    26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."

    Hasil ketiga: Tangan Sang Pencipta mampu untuk menciptakan:


    • Tangan Sang Pencipta mampu untuk menciptakan tanah liat menjadi bejana kemuliaan (yang dipakai oleh TUHAN). Mau dipakai di Empire, tetapi kita bagaikan tanah liat semuanya (tidak bisa apa-apa). Saya tidak tahu juga apa yang akan terjadi. Di Empire ini, saya terngiang-ngiang terus => 'TUHAN tolong, TUHAN tolong' Sebab ini baru pertama kali di Surabaya (tiga kali kebaktian). Biarlah kita berdoa saja! Kita seperti tanah liat, biar TUHAN yang menciptakan kita menjadi bejana kemuliaan.

      Pengalaman saya dulu, pertama kali melayani TUHAN, lewat tangisan. Saya seringkali menangis sampai ke Medan. Setelah bpk pdt Pong Dongalemba meninggal, apalagi! Kalau masih ada bpk pdt Pong Dongalemba, masih bisa telefon untuk minta doa (mau berangkat minta doa). Tetapi setelah bpk pdt Pong meninggal, saya sampai di Medan, duduk lalu menangis. Dulu bpk pdt Pong pernah bicara seperti itu juga (waktu diutus ke Luar Negeri) => 'seandainya bpk pdt In Juwono masih hidup, saya cuma ikut, enak' Saya akhirnya mengalami juga waktu di Medan, begitu saya melihat orang, hamba TUHAN => 'kalau bpk pdt Pong masih hidup, saya membawa tas, itu sudah cukup (bawakan kopernya saja sudah enak)' Waktu itu saya lupa tentang kesaksian bpk pdt Pong, tetapi setelah itu => 'kok sama ya' Saya benar-benar takut. Inilah tanah liat yang tidak bisa apa-apa.

      Dia lah yang membentuk kita menjadi bejana kemuliaan. Apa saja tugas kita nanti di Empire, semuanya tidak ada yang tidak bertugas (semuanya akan bertugas). Sekalipun ada yang dicatat atau tidak dicatat, semuanya akan bertugas. Mungkin nanti ada tamu yang kesulitan tempat duduk, lalu saudara memberikan tempat duduk, itu juga sudah bertugas. Semuanya akan memuliakan TUHAN.

      Waktu pertama kali di Kartika Graha (di Malang). Terus ada dosen ditempat kami, lalu mengajak dosen-dosen lainnya untuk datang, lalu apa pertanyaan pertama di sekolah => 'dipaksa ya (diberikan peraturan) untuk mencatat Firman, semuanya dari anak kecil, besar sampai orang tua kok mencatat Firman' Di jawab => 'tidak dipaksa' Dosen tersebut bilang => 'kok bisa ya, baru kali ini saya melihat' Ini dosen, tetapi kaget saat melihat orang mencatat. Kita mencatat Firman saja, itu sudah menjadi bejana kemuliaan. Itulah luar biasanya TUHAN! Jangan memandang 'enteng' Mungkin nanti ada kertas, lalu saudara ambil dan orang melihat => 'luar biasa' Ini kemuliaan TUHAN. Bukan cuma yang kotbah, tetapi semuanya menjadi bejana kemuliaan, untuk memuliakan TUHAN (bukan memilukan, memalukan TUHAN) dan kita dipermuliakan.


    • Tangan Sang Pencipta mampu untuk menciptakan (membentuk) kita menjadi manusia baru yang sama mulia dengan Dia (sempurna seperti Dia). Inilah mujizat terakhir!

Mari semuanya dipulihkan, semuanya indah dan berhasil dan semuanya dipakai oleh TUHAN, sampai semuanya sempurna. Sekalipun kita hanya lah tanah liat yang tidak ada apa-apanya, tetapi berada didalam tangan TUHAN. Tangan Sang Pencipta yang menolong kita semuanya. Kita menjadi sempurna dan bisa menyambut kedatangan TUHAN yang ke dua kali di awan-awan yang permai.

TUHAN memberkati kita semuanya.1



Versi Cetak

Transkrip
  • Ibadah Raya Malang, 01 November 2020 (Minggu Pagi)
    ... perbuatan yang benar dan baik paling sedikit tidak merugikan orang lain kalau belum bisa berguna. Hati-hati sesama imam yang bekerja sama dalam pekerjaan dll. Sesama imam adalah biji mata Tuhan. Kalau kita mengusik imam berarti kita mengusik biji mata Tuhan. Terang dunia. Ini terkena pada ruangan maha suci. Kita siap bertemu dengan ...
  • Ibadah Pendalaman Alkitab Malang, 09 Juni 2020 (Selasa Sore)
    ... dan orang-orang yang duduk di atasnya kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka dan mereka hidup ...
  • Ibadah Doa Puasa Session I Malang, 20 Juli 2010 (Selasa Pagi)
    ... bisa menjadi hamba Tuhan. Harus lepas dari dosa lebih dahulu. Korban domba jantan I korban penyerahan diri sepenuh. Kalau dosa sudah dilepaskan pasti bisa menyerah. Kalau orang keras hati tidak akan bisa taat. Korban domba jantan II korban tahbisan. Kita bisa dipakai untuk melayani Tuhan. Kalau sudah taat tidak sulit untuk dipakai oleh ...
  • Ibadah Raya Malang, 20 Desember 2015 (Minggu Pagi)
    ... tahu bahwa engkau melarat dan malang miskin buta dan telanjang Keadaan jemaat Laodikia adalah dalam keadaan suam-suam kuku. Artinya secara jasmani kaya tidak kekurangan apa-apa tetapi secara rohani kosong. Sidang jemaat Laodikia hanya mengutamakan perkara jasmani tetapi tidak mau diisi dengan firman pengajaran yang benar. Akibatnya adalah hanya seperti sekam ...
  • Ibadah Doa Surabaya, 30 Mei 2011 (Senin Sore)
    ... itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita 'sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap dan tersedia' tempat makan perjamuan paskah. Bagi kita sekarang ini adalah Yerusalem Baru yang sudah lengkap dan tersedia. Wahyu . Lalu ...
  • Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya, 25 Agustus 2014 (Senin Sore)
    ... kepandaian kekayaan kita bersyukur kepada Tuhan. Tetapi kalau tanpa kasih mula-mula ini yang bahaya karena akan menjadi kesombongan kebanggaan sehingga jatuh ke tempat yang dalam sampai kegelapan yang paling gelap dan binasa selamanya. Yang positif jika sembilan kelebihan kebisaan DITAMBAH kasih mula-mula maka akan menjadi sembilan karunia-karunia Roh Kudus sembilan jabatan ...
  • Ibadah Pendalaman Alkitab Malang, 28 Juli 2020 (Selasa Sore)
    ... empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. Jika kita merindukan kerajaan Sorga di bumi atau merasakan suasana Firdaus di dunia yang terkutuk kita harus berdoa untuk memohon tiga hal kepada Tuhan 'Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya' kita mohon makanan rohani firman Allah. Jadi suasana Firdaus ...
  • Ibadah Raya Surabaya, 28 Juni 2015 (Minggu Sore)
    ... mencari jodoh sesuai seleranya sampai terjadi kawin-campur kawin-cerai dan lain-lain. Ini juga akan dihukum oleh TUHAN. Belum cukup dengan kiamat nanti akan dilanjutkan sampai dengan hukuman lautan api dan belerang neraka untuk selama-lamanya. Di dalam surat Petrus ini ada hal yang harus diperhatikan supaya kita tidak masuk dalam penghukuman Allah yang ...
  • Ibadah Kaum Muda Remaja Malang, 18 Juli 2020 (Sabtu Sore)
    ... kita masih dapat hidup di dalamnya . Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Matius . Sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air dan ...
  • Ibadah Pendalaman Alkitab Malang, 24 Juli 2018 (Selasa Sore)
    ... menghemat secara luar biasa namun selalu berkekurangan. Setiap berkat yang Tuhan berikan kepada kita terutama adalah untuk pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Ada macam naungan Tuhan Naungan sayap induk ayam. Naungan sayap merpati. Naungan sayap burung nasar yang benar. ad. . Naungan sayap burung nasar yang besar. Wahyu Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap ...

Siaran Langsung

Live Streaming GPTKK

Rekaman

Ikuti rekaman ibadah kami

Transkrip

Ringkasarn Firman Tuhan

Kesaksian

Pengalaman hidup bersama Firman Tuhan

Untuk Koneksi Lambat, silakan buka https://id.gptkk.org

Silakan kontak ke info@gptkk.org apabila bapak/ibu/sdr/sdri ada pertanyaan atau ingin berlangganan majalah Manna, dan silakan kirim email ke widjaja_h@yahoo.com apabila ingin konsultasi pribadi dengan bapak gembala.